Jika ditanya mengapa manusia bisa menangis, maka sebagian besar akan menjawab karena ia sedang sedih atau kesakitan. Beberapa lainnya menjawab ia terlalu senang (tangisan kebahagiaan). Jawaban ini tidaklah salah, karena menangis adalah jenis ungkapan perasaan seorang manusia yang direspon tubuh melalui mata.
Respon alami emosional terhadap perasaan tertentu, biasanya adalah karena sedih atau kesakitan. Tetapi terkadang seseorang dapat menangis karena alasan yang melebihi ini. Seorang Profesor Inggris, Michael Trimbel dari Institute of Neurology di London, mengatakan air mata mewakili sesuatu yang lebih besar dari fungsi sederhananya sebagai pelumas mata.
Dalam buku barunya ‘Why Humans Like To Cry’, Trimbel mencoba menjelaskan misteri mengapa hanya manusia satu-satunya yang menumpahkan air mata saat menanggapi suatu keadaan emosional. Trimbel melakukan penelitian fisiologi dan masa lalu evolusi dari menangis emosional.
Trimbel menjelaskan, secara biologis air mata penting untuk melindungi mata. Air mata menjaga kelembaban bola mata, mengeluarkan iritasi dan mengandung protein tertentu serta zat-zat yang menjaga mata agar tetap sehat dan melawan infeksi. Pada setiap hewan di bumi, air mata tampaknya hanya melayani tujuan-tujuan biologis. Namun pada manusia, menangis atau meneteskan air mata tampaknya juga melayani fungsi lain, yaitu berkomunikasi secara emosi. Manusia menangis untuk banyak alasan, sukacita, kesedihan, kemarahan, kehilangan dan berbagai emosi lainnya.
Begitulah penelitian sang Profesor. Air mata adalah bentuk komunikasi ungkapan emosional!
Alangkah bahagianya, jika air mata itu adalah air mata iman. Sehingga ungkapan emosionalnya adalah nilai-nilai keimanan. Seperti kisah berikut ini…
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Yazid, dia berkata,
“Aku bertanya kepada Yazid bin Mursyid, ‘Mengapa aku tidak pernah melihat air matamu kering dari kedua matamu? Mengapa kamu selalu menangis?’
Dia balik bertanya, ‘Mengapa pula kamu bertanya seperti itu?’
Aku jawab, ‘Semoga Allah memberi manfaat kepadaku dengan pertanyaan itu.’
Dia berkata, ‘Demikianlah, sebagaimana kamu lihat sendiri!’
Aku bertanya, ‘Apakah kamu menangis juga saat kamu sendiri?’
Dia menjawab, ‘Demi Allah seperti itulah yang aku alami. Seringkali makanan telah terhidang di hadapanku, tiba-tiba saya tidak berselera. Bahkan, air mataku pun mengalir pada saat aku mendekati isteriku, yang membuat aku menjauhinya. Sampai-sampai pernah isteriku menangis, terlebih lagi anak-anakku. Hanya saja mereka tidak mengetahui, apa yang menyebabkan kami semua menangis.’
Bahkan suatu ketika isteriku berkata, ‘Celaka kamu, apa-apaan ini? Penderitaan macam apa yang akan engkau timpakan padaku sebagai seorang wanita muslimah? Percuma hidup bersama kamu! Selama ini, aku tidak pernah bahagia sebagaimana yang dirasakan wanita-wanita yang bersuami!’
Aku bertanya, ‘Sebenarnya, apa yang kamu inginkan?’
Dia menjawab, ‘Ketahuilah saudaraku, Demi Allah, selama ini Allah Subhanahu wa ta’ala tidak pernah berjanji kepadaku, bahwa sekiranya aku berbuat maksiat kepadaNya maka tidak ada pilihan selain aku dikunci di dalam kamar mandi yang tentu membuatku menangis tersedu-sedu. Bagaimanakah pula menurut pendapat-mu, jika Allah menjanjikan bahwa aku akan dipenjarakan di dalam api Neraka? Tidak sekedar disekap di dalam kamar mandi.”
Subhanallah, ada air mata iman pada Yazid bin Mursyid. Air mata yang menemani hari-hari kehidupannya. Di sinilah betapa pentingnya kurikulum iman untuk pendidikan karakater negeri ini.
#duakurikulum_Iman&Alqur’an
Wallahu’alam.
Sumber buku :
- 99 Kisah Orang Shaleh karya Syeikh Muhammad bin Hamid bin Abdul Wahab .
- Why Humans Like To Cry karya Prof Michael Trimbel
Info penting : Ingin mendengarkan Audio kisah air mata iman Yazid bin Mursyid? Nantikan bertutur kisahnya bersama Waalid Ilham di www.lenterasirohanak.com