Hari Rabu tanggal 18 Safar 1439 atau 8 November 2017, Kuttab Al-Fatih Pusat kedatangan tamu yang tidak biasa. Hari itu, untuk pertama kalinya Kuttab Al-Fatih kedatangan tamu seorang Bupati lengkap dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Ketua MUI Kabupaten, dan ulama-ulama setempatnya. Tamu yang berjumlah 33 orang tersebut menjadi mengejutkan pula karena hadir jauh dari pulau seberang, tepatnya dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.
Oleh karena jumlah tamu yang hadir cukup banyak, dan Kuttab Al-Fatih Depok belum memiliki ruangan yang cukup untuk menampung tamu sebanyak itu, maka acara diskusi dengan Pembina Kuttab Al-Fatih Ustadz Budi Ashari, Lc. beserta perwakilan manajemen pun dilaksanakan di Gedung Startup Center, Jalan Juanda. Pertemuan direncanakan dimulai pukul 9.30. Sebelumnya, Bupati beserta rombongannya berkunjung dahulu ke Gedung Bazar Madinah untuk melihat-lihat proses KBM di Kuttab Al-Fatih Pusat dari pukul 8 sampai 9 pagi.
Setibanya di Startup Center, acara dibuka oleh Ustadz Lilik Abu Hisyam (Kepala Kuttab Al-Fatih Pusat) dan dilanjutkan dengan sambutan dari Direktur Pendidikan Yayasan Al-Fatih, Ustadz M. Ilham Sembodo. Turut hadir pula General Manager Kuttab Al-Fatih, Ustadz Galan Nurrahman. Kemudian, Bupati Hulu Sungai Selatan (HSS), Bapak Drs. H. Achmad Fickry, M.AP juga memberikan sambutannya. Beliau merasa berbahagia karena dapat berkunjung ke Kuttab Al-Fatih bersama para ulama di Kabupaten HSS dan bertemu langsung dengan Ustadz Budi Ashari, Lc. Kunjungan ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan keilmuan para ulama di Kabupaten HSS, khususnya di bidang pendidikan dan sejarah Islam.
Setelah Bapak Bupati HSS memberikan sambutannya, sambutan selanjutnya oleh Ketua MUI Kab. HSS, Bapak H. Muhammad Riduan Basri. Dalam sambutannya, beliau juga menyampaikan kebahagiaannya karena dapat berkunjung ke Kuttab Al-Fatih. Kebahagiaan itu menjadi berlipat-lipat karena yang hadir merupakan perpaduan umara dan ulama. Secara khusus, beliau juga menyampaikan bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan oleh negeri ini saat umat Islam mulai kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. “Mempelajari keislaman adalah bagian dari hubbul wathan (cinta tanah air),” pungkas beliau.
Tidak lama kemudian, Ustadz Budi Ashari pun hadir dan menyampaikan pesannya. Pertama-tama, beliau menyampaikan kebahagiaannya karena dikunjungi oleh Bupati sekaligus para ulama Kabupaten HSS. “Kebesaran sejarah Islam, di zaman apa pun, selalu merupakan hasil dari kebaikan di antara umara dan ulama,” jelas beliau. Bahkan, ulama dan umara terkadang terkumpul di dalam satu orang. Kedatangan rombongan dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan, yang mungkin di antara kita juga baru pertama kali mendengar nama Kabupaten tersebut, merupakan bukti bahwa betapa luasnya wilayah NKRI ini dan betapa beratnya amanah yang Allah berikan pada kita. “Dengan amanah yang sedemikian berat, maka tidak sepantasnya negeri ini diurus dengan main-main,” Ustadz Budi mengingatkan.
Ustadz Budi pun menyampaikan bahwa hadirnya Kuttab Al-Fatih sebenarnya tidak membawa konsep pendidikan yang baru. Dr. Raghib as-Sirjani, seorang ahli sejarah Islam dari Mesir, dalam bukunya Madza Qaddamal Muslimun Lil ‘Alam Ishamaatu al-Muslimin fi Al-Hadharah Al-Insaniyah (Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia) menyebutkan bahwa salah satu sumbangsih Islam dalam dunia pendidikan adalah Al-Katatib (jamak dari Kuttab). Jika nama Kuttab menjadi asing di telinga kita hari ini, itulah masalah kita. Padahal dalam sejarah peradaban Islam, Kuttab ini berjasa dalam melahirkan orang-orang besar di zamannya.
Menariknya, Ustadz Budi menyampaikan bahwa di Indonesia sebenarnya sudah dikenal nama “Kuttab” sebagai institusi pendidikan muslimin. Sepengetahuan beliau, Kuttab yang terakhir tutup adalah Kuttab Ruqoyyah di Kerajaan Siak, Riau. Tutupnya pun belum lama, yaitu sekitar tahun 1960. Pernah hadirnya Kuttab di Indonesia juga terindikasi dari buku Al-Katatib fil Haramain (Kuttab-Kuttab di Makkah dan Madinah). Dalam buku tersebut, disebutkan bahwa nama salah satu Kuttab di Haramain adalah Kuttab Surkati yang didirikan oleh Syaikh Ahmad Surkati, pendiri Al-Isryad. Dugaan Ustadz Budi, bahkan Kuttab pun sebenarnya pernah ada di wilayah Kalimantan Selatan, sebab wilayah pesisir selatan Kalimantan juga merupakan jalur penyebaran Islam oleh para ulama kita dahulu.
Setelah Ustadz Budi menyampaikan pesan-pesannya, kegiatan pun dilanjutkan dengan diskusi hangat antara manajemen Kuttab Al-Fatih dan para ulama di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Semoga Allah memberikan keberkahan dari kunjungan Bapak Bupati HSS beserta jajarannya ke Kuttab Al-Fatih. Ya Allah bimbinglah kami …
*Reportase oleh Abdullah Ibnu Ahmad