Saya berdoa kepada Allah, semoga pagi ini Allah memudahkan urusan saya dan anda semua. Mengampuni saya dan anda sekalian. Menutupi aib saya dan anda sekalian. Melapangkan rizqi saya dan anda sekalian. Memudahkan saya dan anda sekalian dalam berbuat ketaatan kepadaNya. Menjadikan orientasi saya dan anda sekalian hanyalah Akhirat, dan kelak mengumpulkan kita semua dalam Surga FirdausNya tanpa azab maupun hisab. Aamiin.
Ikhwati wa akhawati fillaah, Allah yahfadzukum jameean!
Selama ramadhan ini belum ada tulisan saya yang memberikan faidah buat kita semua. Ya mudah-mudahan saja tulisan ini dijadikan bermanfaat oleh Allah buat saya dan ikhwah semua. Sehingga pahalanya tetap mengalir hingga Yaumil Akhir kelak. Aamiin.
Tidak terasa, sekarang kita sudah memasuki hari ke-17 dari bulan ramadhan, mendekati 10 terakhir ramadhan. Padahal baru kemarin kita menunggu-nunggu kedatangan ramadhan. Tiba-tiba sekarang sudah masuk hari ke-17. Begitu cepat waktu berlalu. Ibarat kita semua adalah penumpang kapal. Yang sibuk duduk terlena di dalamnya. Tapi kapal terus berjalan menuju kematian atau dermaga.
Memang di antara tanda dekatnya Kiamat adalah cepatnya pergerakan waktu. Hingga kadang berhari-hari lamanya waktu sudah berlalu, tidak ada satu karya pun yang sudah kita persembahkan buat islam. Padahal kalau kita membaca biografi Ibnul Jauzi, Maasya Allah, tiap hari pasti ada karya atau kitab yang sudah beliau tulis. Hingga kalau dihitung antara karya tulisnya dengan umur beliau, masih banyak karyanya.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
((لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ ، فَتَكُونُ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ ، وَالشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ ، وَتَكُونُ الْجُمُعَةُ كَالْيَوْمِ ، وَيَكُونُ الْيَوْمُ كَالسَّاعَةِ ، وَتَكُونُ السَّاعَةُ كَالضَّرَمَةِ بِالنَّارِ)).
“Hari Kiamat tidak akan datang hingga zaman menjadi berdekatan. Satu tahun seperti satu bulan. Satu bulan seperti satu jumat. Satu jumat seperti satu hari. Satu hari seperti satu jam. Dan satu jam seperti cepatnya kertas terbakar.”(Sunan At-Tirmidzi, no. 2332 dan disahihkan Al-Albani)
Tapi yang penting bukan itu masalahnya.
Yang penting adalah sudah cukupkah amal kita selama ini. Jangan sampai waktu habis hanya untuk perkara tidak berguna. Jangan sampai baru membaca satu lembar Al-Quran mata sudah terasa sepet, tapi membaca WA dua jam tidak terasa.
Ikhwah sekalian yang dimuliakan Allah.
Pada 10 terakhir ramadhan ini ada arahan dari para ulama’ yang mesti kita kerjakan. Arahan itu ada empat.
Pertama: Menghidupkan semua malamnya
Maksud menghidupkan semua malam 10 terakhir ramadhan adalah tidak tidur sama sekali. Tapi kita bangun terus dan tidak tidur sama sekali untuk ibadah. Apakah untuk shalat dengan bacaan panjang baik saat berdiri, ruku’, sujud, maupun duduk di antara dua sujud. Atau dengan membaca Al-Quran semalam penuh. Atau dengan berdzikir, beristighfar dan lain sebagainya.
Kedua: Menambah kesungguhan dalam ibadah dan amal ibadah lainnya
Jangan sampai ibadah kita pada 20 hari kemarin sama dengan 10 terakhir ini. Harus dibedakan dan jangan disamakan. Harus ada nilai tambahnya. Sebagaimana dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Ketiga: Tunjukkan kepada Allah semangat dan giat dalam ibadah.
Kalau akhir-akhir ramadhan tambah malas, tambah meramaikan mall dan pasar malam, maka apa bedanya kita dengan kaum munafikin. Karena kaum munafikin terkenal malas ibadah. Allah berfirman:
{وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى } [النساء: 142]
“Jika mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas.” (QS. An-Nisa’: 142)
Makanya mudik pada waktu-waktu berbekah sangatlah disayangkan. Waktu habis di jalan sehingga kita meluputkan banyak kebaikan dari Allah taala.
Keempat: I’tikaf dan meninggalkan kelezatan serta syahwat
Itulah mengapa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tidak berhubungan suami istri pada 10 terakhir. Karena beliau hendak mengejar malam lailatul qadr. Malam yang siapa pun bisa meraihnya, ibarat mengerjakan ibadah selama 83 tahun tanpa henti. Wow. Semoga saya dan ikhwah serta akhwat sekalian bisa mendapatkannya. Aamiin.
Tapi ini semua tidak wajib. sifatnya adalah anjuran dan sangat dianjurkan. Semoga Allah memudahkan kita semua melakukan hal-hal di atas.
Dalilnya adalah:
Aisyah radhiyallahu anha berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam jika masuk 10 terakhir ramadhan, beliau mengencangkan sabuknya (tidak jimak), menghidupkan malam, dan membangunkan keluarganya.” (Sahih Al-Bukhari)
Aisyah radhiyallahu anha juga berkata dalam musnad Ahmad no. 24390:
كَانَ يَخْلِطُ فِي الْعِشْرِينَ الأُولَى، النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ نَوْمٍ وَصَلاَةٍ ، فَإِذَا دَخَلَتِ الْعَشْرُ جَدَّ وشَدَّ الْمِئْزَرَ.
“Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam biasa mencampur pada 20 pertama ramadhan antara tidur dan shalat. Tapi ketika datang 10 terakhir ramadhan, beliau bersungguh-sungguh ibadah dan mengencangkan sabuknya.”
Wallahu a’lam bish shawab. Semoga bermanfaat.
(wmafaj)
———————————————————————————————-
الفقير إلى رحمة ربه: وفي مرزوقي عمار-وافاه الله ورزقه بالجنة-
اللهم إني ظلمت نفسي ظلما كثيرا ولا يغفر الذنوب إلا أنت فاغفر لي مغفرة من عندك وارحمني إنك أنت الغفور الرحيم