Suatu ketika, qadarullah, penulis membaca sebuah artikel yang cukup menarik. Artikel tersebut berisikan sebuah tulisan seseorang yang menceritakan pengalaman pada saat menempuh pendidikan disebuah negara Asia. Negara yang pernah dijatuhi bom di tahun 1945 ini.
Orang tersebut menceritakan betapa indahnya kehidupan masyarakat di negara Asia tersebut. Budaya antrinya, kedisiplinan masyarakatnya, dan masih banyak lagi hal yang membuat orang tersebut kagum negara itu. Sehingga orang yang menulis artikel ini berandai-andai alangkah indahnya jika di negaranya (yang mayoritas muslim) bisa meniru negara Asia ini (walaupun negara ini bukan negara muslim).
Tapi itu dulu, orang tersebut menulis di tulisannya. Sekarang, negara Asia yang dia kagumi tersebut sudah jauh berubah. Konon katanya, karena masuknya budaya barat membuat negara Asia tersebut menjadi kebarat-baratan, bahkan melebihi negeri barat sekalipun. Budaya kesopanan yang dikaguminya mulai menghilang berganti dengan pergaulan bebas dikalangan pemudanya, pola pikir yang membuat pemuda enggan untuk menikah. Bahkan di sebuah daerah di negara Asia tersebut, ada data yang menyebutkan angka kelahiran bayi di wilayah tersebut terakhir ada di tahun 2007. Ini menunjukkan selama 10 tahun terakhir di wilayah tersebut tidak ada bayi yang lahir. Hal ini membuat negara Asia tersebut diprediksi akan sangat menurun populasinya.
Kita cukupkan sampai disini ceritanya. Mari kita ambil hikmahnya.
Mengingat judul tulisan ini, hal ini membuktikan apabila peradaban dibangun bukan atas landasan keimanan kepada Allah yang dilandaskan ilmu (Al Quran dan Sunnah) dan keimanan pada Allah tidak menjadi akarnya, maka peradaban tersebut tidak akan lama berdiri. Layaknya sebuah pohon yang terlihat besar namun tidak lama tumbang karena akarnya tidak kokoh.
Seperti contoh negara yang diceritakan di atas, negara yang mampu bangkit setelah kehancurannya pada tahun 1945, hanya mampu bertahan 70-an tahun dan sekarang cenderung terus menurun kualitas moral masyarakatnya.
Mari kita lihat peradaban Islam yang pernah hadir. Dinasti Umayyah, bertahan selama 90 tahun. Dilanjutkan dengan dinasti Abbasiyah selama 300 tahun. Dinasti Turki Ustmani bertahan 600 tahun. Di Andalusia, Eropa, bertahan selama 800 tahun. Bacalah, bacalah kebesaran mereka. Sehingga cukuplah kita sebagai keluarga muslim mengambil dari Islam saja, semua konsep, semua jalan hidup, tidak dari selainnya.
Inilah peradaban yang dibangun atas dasar keimanan kepada Allah yang ilmu (Al Quran dan sunnah) menjadi akarnya.
Seperti dalam surat ibrahim ayat 24-25:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit,
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
(pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.
Oleh karenanya, marilah keluarga muslim, jangan sampai kita silau dengan keindahan sesaat sebuah peradaban yang bukan dari Islam. Jangan pernah silau. Jangan sampai kita sebagai keluarga muslim mengekor terus kepada peradaban yang bukan dari Islam. Karena yang namanya ekor, posisinya pasti selalu di belakang tidak pernah berada di depan. Karena yang namanya ekor, posisinya dekat dengan “pembuangan sisa-sisa” tubuh. Oleh karenanya, jangan pernah mengekor kepada peradaban diluar Islam karena tidak akan ada keindahan bagi bangsa pengekor, yang ada hanya sisa-sisa saja yang didapatkan.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).” (HR. Ibnu Majah)
اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.” (HR. Tirmidi)
Ya Allah bimbinglah kami.
#2kurikullum
#imandanalquran