Tokoh drama protagonis selalu memerankan peran yang baik di depan layar. Bahkan bisa memerankan seorang tokoh shalih, agamis, pakaiannya islami, dan tawadhu’. Tak peduli apakah di balik layar dia sebaik yang diperankan atau tidak. Bahkan kita sering temukan bahwa tokoh tersebut mempunyai kehidupan yang 180 derajat terbalik dengan apa yang dia perankan di sebuah drama.
Hal ini jangan sampai terjadi pada diri seorang pendidik dari kalangan da’i, guru, dan orangtua. Bahwa kita seorang da’i, guru, ataupun orangtua adalah teladan bagi peserta didik kita. Menjadi sebuah keharusan bagi kita untuk mencontohkan hal-hal yang baik kepada mereka baik secara lisan maupun perbuatan. Akan tetapi, sering terjadi pada diri kita bahwa kita tidak sebaik apa yang disampaikan oleh lisan kita. Kita tidak sebaik apa yang kita contohkan di hadapan mereka. Bahkan kita sendiri sering lupa mengamalkan ketika kita luput dari penglihatan mereka. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak pernah luput penglihatan-Nya. Allah selalu mengawasi setiap gerak-gerik yang kita lakukan tanpa lengah sedetik pun.
Tidakkah kita sensitif dengan sindiran Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam al-Qur’an? AllahSubhanahu wa Ta’ala sudah menyindir kita para pengajak kebaikan di dalam al-Qur’an pada surat Al-Baqarah ayat 44 yang berbunyi sebaga berikut:
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, Padahal kamu membaca Kitab? Maka tidakkah kamu berpikir?
Kemudian kita renungi sebuah hadis yang dikutip oleh Imam Ibnu Katsir di dalam tafsirnya. Hadis ini diriwayatkan oleh Syaikh Ibnu Hibban di dalam kitab shahihnya, Syaikh Ibnu Abi Hatim, dan Syaikh Ibnu Mardawaih, melalui hadis Hisyam Ad-Dustuwai, dari Al-Mughirah yakni Ibnu Habib menantu Malik Ibnu Dinar, dari Malik Ibnu Dinar, dari Sumamah, dari Anas Ibnu Malik yang menceritakan :
لَمَّا عُرِجَ بِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِقَوْمٍ تَقْرُضُ شِفًاهُهُمْ، فَقَالَ: يَا جِبْرِيْلُ، مَنْ هَؤُلَاءِ؟ قَالَ: هَؤُلَاءِ الْخُطَبَاءُ مِنْ أُمَّتِكَ يَأْمُرُوْنَ بِالْبِرِّ وَيَنْسَوْنَ أَنْفُسَهُمْ؛ أَفَلاَ يَعْقِلُوْنَ؟
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mi’raj, beliau menjumpai suatu kaum yang bibir mereka diguntingi, lalu beliau bertanya, “Hai Jibril, siapakah mereka itu?” Jibril menjawab, ”Mereka adalah orang-orang yang berkhuthbah dari kalangan umatmu, mereka memerintahkan orang lain untuk mengerjakan kebajikan, sedangkan mereka melupakan dirinya sendiri. Maka tidakkah mereka berpikir?”
Tidakkah kita merasa tersindir dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di atas? Bukankah ini sebagai tamparan keras bagi kita bagi seorang pendakwah?
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: “Barang siapa yang meletakkan dirinya sebagai pemimpin, maka hendaklah dia memulai dengan mengajari dirinya sebelum mengajari orang lain. Dan hendaklah dia membersihkan langkah kehidupannya sebelum membersihkan lisannya. Karena orang yang mengajari dan membersihkan dirinya itu lebih berhak dimuliakan daripada orang yang mengajari manusia dan membersihkan mereka.”
Kemudian penyair Arab berkata:
Wahai yang menjadi guru orang lain,
perhatikanlah dirimu, sebab ia butuh pengajaran.
Engkau tentukan obat untuk yang sakit agar ia menjadi sehat,
sedang engkau sendiri dalam derita.
Mulailah dari dirimu sendiri; cegahlah dirimu dari penyimpangan.
Jika ia telah bersih darinya, maka kaulah si bijak itu.
Yang kan didengar setiap katanya dan dicontoh semua perilakunya.
Saat itulah, pengajaranmu memberi arti.
Abul Athiyah berkata, “Kau bertutur tentang takwa
Seolah engkaulah pemilik takwa.
Sedangkan hembusan angin dosa menyibak-nyibak bajumu di kala itu.
Maka berusahalah mengamalkan semua yang kita sampaikan dan contohkan kepada murid-murid kita. Dan amalkanlah dimanapun kita berada karena Allah Subhanahu wa Ta’ala yang melihatnya.
Bukan sekedar diamalkan ketika dilihat oleh mereka.
Karena Engkau seorang guru, bukan tokoh drama protagonis.
#2kurikulum
#imansebelumquran
#adabsebelumilmu