Hikmah Goresan Luka
Seringkali kita tidak bisa menerima akan musibah yang datang menimpa. Ada saja yang terkadang membuat hati bertanya kenapa musibah itu harus terjadi pada diri seseorang. Kenapa harus saya yang mendapat musibah? Kenapa musibah ini hadir di saat ini ? Meski terkadang masih bisa kita tersenyum atas musibah yang menimpa, namun dugaan-dugaan seperti itu muncul sebagai bentuk penolakan hati atas apa yang telah Allah tetapkan. Lalu bukankah setiap yang Allah tetapkan baik atau buruk menurut kita, adalah yang ketetapan terbaik bagi Allah? Bisa jadi keterbatasan ilmu kita menutup keindahan hikmah yang tersimpan dalam setiap musibah yang datang menimpa.
Mengenai hal tersebut, teringat sebuah kejadian dalam sebuah halaqoh ilmu di KAF Semarang. Salah seorang ustadz bertanya kepada para santrinya yang duduk di kelas Qonuni sambil menunjukkan bekas luka yang Ia miliki di betis bagian bawah akibat musibah yang belum lama terjadi. Ustadz tersebut bertanya,
“Nak, menurut kalian, apa hubungan antara luka Ustadz ini dengan sebuah sungai?”
Para santri terdiam sejenak mendengar pertanyaan dari gurunya itu. Lantas ada santri yang mengangkat tangannya.
“Luka itu di dalamnya ada darah yang mengalir, sedangkan sungai juga mengalir, Ustadz!”
“Betul, Nak, kamu tidak salah, tapi kurang sedikit, ada lagi?”
Respon ustadz menanggapi jawaban santrinya. Tak berselang lama satu santri yang lain mengangkat tangannya seraya menyampaikan pendapatnya.
“Ustadz pernah menjelaskan bahwa di dunia ini terdapat tiga sungai besar yang dapat membersihkan dosa. Jika ketiga sungai itu belum cukup untuk membersihkan dosa seorang hamba, maka mereka akan dibersihkan di sungai neraka, ketiga sungai itu adalah sungai taubat nasuha, sungai amal sholeh, dan sungai musibah. Nah luka yang ustadz alami adalah sungai musibah yang dapat membersihkan dosa.” (Ibnu Qayyim, Madarijus Salikin 1/64)
ما شاء الله تبار ك الله
Seisi kelas memancarkan senyuman, sang guru kemudian menjelaskan kembali maksud dari jawaban tersebut kepada seluruh santrinya. Berawal dari segores luka yang dikaitkan dengan sebuah sungai, membuahkan hikmah dan keimanan.
Dari perkataan seorang santri tersebut kita belajar bagaimana seorang santri yang duduk dikelas itu memandang hadirnya musibah dari sudut pandang kelimuan yang telah dipelajari. Bekal kaidah ini bisa kita bawa untuk mempersiapkan hati agar mudah menerima ketetapan Allah yang kita anggap sebagai keburukan.
والله أعلم بالـصـواب