“Sungguh telah ada bagimu dalam diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik.” (QS Al Ahzab: 21)
Banyak sekali pelajaran kehidupan yang bisa kita ambil dari Rasulullah ﷺ, mulai dari segi ekonomi, politik, bahkan sampai pendidikan.
Dalam tulisan kali ini kita akan melihat bagaimana panduan dari Rasulullah untuk para ayah, ibu, kakek, nenek, guru, bahkan pemimpin, dalam mendidik dan memperlakukan anak-anak.
Nabi ﷺ tidak menyetujui sikap kasar dan keras dalam interaksi dengan anak-anak. Bahkan Nabi menganggap sikap keras dan kasar sebagai hilangnya kasih sayang dalam hati.
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, “Rasulullah ﷺ mencium Hasan bin Ali, di sisi beliau ada Aqra’ bin Habis at-Tamimi yang sedang duduk. Aqra’ berkata, ‘Saya punya sepuluh orang anak, tidak seorang pun di antara mereka yang pernah aku cium.’ Rasulullah ﷺ melihat ke arahnya seraya bersabda, “Barang siapa yang tidak mengasihi, maka ia tidak di kasihi.” (HR Bukhari)
Diriwayatkan dari Ummu Khalid binti Khalid bin Sa’id, ia berkata, “Aku datang menghadap Nabi bersama ayahku, ketika itu aku memakai baju berwarna kuning. Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Sanah. Sanah’.” Abdullah (perawi) berkata, “Itu bahasa Habsyi yang berarti bagus.” Ummu Khalid melanjutkan, “Lalu aku memain-mainkan cincin kenabian. Ayah menarikku, Rasulullah ﷺ bersabda, “Biarkan saja dia.” Kemudian Rasulullah bersabda, “Semoga panjang usiamu, semoga panjang usiamu, semoga panjang usiamu.” (HR Bukhari)
Dari nash-nash di atas terlihat jelas sejauh mana perhatian Rasulullah terhadap anak-anak, kasih sayang beliau kepada mereka, dan kesungguhan beliau untuk menggembirakan hati mereka. Para khalifah dan sahabat menerapkan manhaj Nabi dalam bersikap lembut kepada anak-anak, serta memperlakukan mereka dengan cinta dan kasih sayang.
Amirul Mukminin Umar bin Khattab yang disegani orang-orang besar, ia mengutamakan sikap lemah lembut dan kasih sayang kepada anak-anak. Ia mengingkari sikap keras dan kasar, bahkan beliau menjadikan sikap ini menjadi salah satu faktor yang dapat menghilangkan kelayakan seseorang untuk menjadi wali bagi orang lain.
Suatu kali salah seorang gubernur masuk menemui Umar. Ia mendapati Umar sedang berbaring terlentang, sedangkan anak-anaknya bermain-main di sekelilingnya. Gubernur itu tidak menyetujui sikap Umar yang diam saja melihat anak-anak bermain di sekelilingnya. Umar bertanya kepadanya, “Bagaimana sikapmu terhadap keluargamu?” Gubernur tersebut menjawab, “Jika aku masuk, maka orang yang berbicara menghentikan bicaranya.” Umar berkata kepadanya, “Silahkan berhenti dari aktivitas kami, kamu tidak menyayangi keluarga dan anak-anakmu, lantas bagiamana mungkin kamu menyayangi umat Muhammad ﷺ?”
Inilah panduan dari Nabi Muhammad ﷺ yang diterapkan para khalifah dan sahabat. Lalu bagaimana hari ini dengan para orang tua, guru , serta orang-orang yang mempunyai harta dan jabatan yang tinggi dalam memperlakukan keluarga dan anak-anaknya?
Sudahkah kita mencium, memuji, mendoakan, atau bahkan menemani mereka bermain?
Ya Allah bimbinglah kami.
#duakurikulum_iman&alquran