Hujan yang Menumbuhkan Kepedulian
Hari itu, piring dan mangkuk yang berjejer di ruang-ruang majelis bukan disiapkan untuk makan siang, tapi digunakan untuk menampung tetesan air hujan yang jatuh dari atap kelas yang bocor. Santri-santripun bergegas mengambil apa yang ada di kelas itu karena begitu cepatnya tetesan air hujan hari itu membasahi lantai majelis. Diantara lalu-lalang kesibukan para santri untuk menyelamatkan kelas dari kebasahan tiba-tiba terdengar ucapan, “Ayuk kita doakan saudara-saudara kita di Cianjur.”
Tidak disangka ada salah seorang santri yang mengingat saudaranya yang sedang tertimpa musibah gempa di Cianjur. Dia melihat momen turunnya hujan sebagai waktu ijabah doa. Padahal di saat yang sama, dirinya dan teman-temannya begitu sibuk menyelamatkan kelas dari kebasahan. Namun tetap saja hati-hati yang jernih itu, hati-hati yang sedang bertumbuh imannya itu punya ingatan istimewa terhadap kesedihan dan duka saudaranya.
Suara ananda yang cukup lantang telah membuat teman-temannya yang semula terlihat panik menjadi agak tenang. Mereka duduk mendengarkan azan yang berkumandang kemudian menengadahkan tangan memanjatkan doa terbaik di tengah waktu mustajabnya doa, yaitu di kala turun hujan dan di antara adzan dan iqamah.
Satu potret kepedulian yang bisa kita pelajari dari anak-anak kita. Kepedulian terhadap saudara muslim yang mungkin terlihat begitu sederhana, akan tetapi ini menjadi modal awal yang baik dan mahal untuk kehidupannya di masa depan.
Benarlah hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa seorang mukmin yang saling mencintai itu ibarat satu tubuh. Ketika satu anggota tubuhnya sakit maka anggota tubuh yang lainnya akan merasakan sakit yang sama. Ketika saudaranya ditimpa musibah, maka saudara mukmin lainnya akan turut merasakan kesedihan musibahnya.
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (Hadis riwayat Bukhari no. 6011 dengan perbedaan lafaz dan hadis dengan lafaz ini terdapat pada riwayat Muslim no. 2586) Semoga rasa ini senantiasa Allah jaga. Selama kita bersandar pada Allah, selama itu pula kita punya harapan besar agar kita dan anak-anak kita menjadi generasi yang ikut merasakan kesusahan saudaranya sampai pada akhirnya kasih sayang antar sesama itu tumbuh menjadi penguat persatuan umat.