Dahulu sebelum diutus Rasul Muhammad Saw, wilayah Mekkah Madinah tidak pernah dipandang oleh dua peradaban besar saat itu, Persia dan Romawi. Namun setelah 23 tahun Allah utus Rasul berdakwah di Mekkah dan Madinah, ada data menarik yang disampaikan oleh para ulama ahli sejarah. Mereka mengatakan, sepeninggal Rasul wafat setidaknya ada 120.000 orang yang masuk kategori sahabat. Dari jumlah tersebut ada sekitar 2000 sahabat yang mencapai tingkat pemimpin. Bahkan jika dunia butuh pemimpin di bidang apapun, di Madinah bisa kita ditemukan.
Dari data tersebut, ternyata tidak perlu waktu lebih dari 10 tahun setelah Rasul wafat untuk sekedar menutup dua peradaban besar saat itu Persia dan Romawi.
Kenapa bisa seperti itu? Sehingga tidak perlu waktu yang cukup lama untuk mengubah masyarakat yang tadinya penuh dengan kejahiliyahan (kebodohan) berganti dengan masyarakat yang disegani dengan kehebatan keilmuan yang mereka miliki.
Kenapa bisa seperti itu? Pasti ada hal besar dibalik itu semua, pasti ada caranya sehingga harusnya kondisi umat Islam saat ini yang dalam kondisi lemah pun bisa kembali bangkit seperti zaman para sahabat.
Kenapa bisa seperti itu? Jawabannya setidaknya bisa kita dapat dari perkataan ulama besar abad 2H Imam Malik: “Generasi ini tidak akan pernah bisa baik kecuali dengan cara yang pernah dipakai untuk memperbaiki generasi awal”.
Di zaman para sahabat ada sebuah kurikulum pendidikan yang berjalan. Sebuah kurikulum pendidikan yang menggunakan wahyu sebagai satu-satunya rujukan utama.
Ada sebuah kurikulum urutan yang berjalan disana.
Ada wahyu yang turun di fase Mekkah, ada yang di fase Madinah. Wahyu yang turun di fase Mekkah berbeda dengan yang turun di fase Madinah. Fase Mekkah cenderung tentang penguatan aqidah (keimanan) sedangkan fase Madinah banyak tentang hukum-hukum. Inilah kurikulum urutan itu.
Jangan sampai terbalik dalam mengurutkan hal tersebut karena akan berpengaruh pada hasil generasi.
Seperti perkataan sahabat Jundub bin Abdillah: ” Kami bersama Nabi saat kami masih remaja. Kami belajar Iman sebelum Al Quran. Kemudian ketika kami belajar Al Quran, bertambahlah iman kami”. Inilah kurikulum urutan, iman sebelum Al Quran yang berhasil mencetak generasi sahabat.
Inilah yang sedang kami ikhtiarkan di Kuttab Al Fatih. Kami didik santri kami dengan kurikulum diatas agar Allah berkenan menghadirkan kembali generasi di usia belia yang ada iman dan Al Quran dalam dirinya sehingga bisa memakmurkan bumi yang telah Allah amanahkan kepada hambaNya ini dengan baik.
Bermodal keyakinan ini kami berharap kebesaran generasi Islam kedepannya.
Ya Rabb bimbinglah kami
Ridwan Abu Ayyasy
#2kurikulum
#imansebelumquran
#adabsebelumilmu