Pada hari Jum’at 18 Dzulhijjah, Abu Umar berkesempatan untuk memberikan kisah kepada santri Kuttab Al-Fatih. Hari itu bertepatan dengan penggalangan dana untuk saudara muslim di Rohingya, Myanmar.
Sebelum santri memberikan donasi untuk saudaranya di negeri Arakan, Abu Umar memberikan kisah tentang Perjuangan Bilal bin Rabbah melawan perilaku kasar dari kaum kafir Quraisy. Seperti apakah kisahnya?
Orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin Khalaf bersama para algojonya. Mereka menghantam punggung tanpa baju Bilal dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad … (Allah Maha Esa).” Mereka menindih dada Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun hanya berkata, “Ahad, Ahad ….“ Mereka semakin meningkatkan penyiksaannya, namun Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad….”
Mereka memaksa Bilal agar memuji Latta dan ‘Uzza, tapi Bilal justru memuji nama Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami katakan!”
Bilal menjawab, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.” Jawaban ini membuat siksaan mereka semakin hebat dan keras.
Suatu ketika, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu mengajukan penawaran kepada Umayyah bin Khalaf untuk membeli Bilal darinya. Umayyah menaikkan harga berlipat ganda. Ia mengira Abu Bakar tidak akan mau membayarnya. Tapi ternyata, Abu Bakar setuju, walaupun harus mengeluarkan Sembilan uqiyah emas. Seusai transaksi, Umayyah berkata kepada Abu Bakar, “Sebenarnya, kalau engkau menawar sampai satu uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk menjualnya.”
Abu Bakar membalas, “Seandainya engkau memberi tawaran sampai seratus uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk membelinya.”
Setelah selesai berkisah Abu Umar menggali dari hikmah tersebut. Agar paham berapakah jumlah harta yang dikeluarkan oleh sahabat mulia Abu Bakar Shidiq, Abu Umar memberikan informasinya bahwa 9 Uqiyah Emas itu adalah sebagai berikut:
1 uqiyah emas = 31,7475 gr emas
Harga 1 gr emas kurang lebih Rp 400.000
9 x 31,7475 = 285,7275 gr
285,7275 gr x Rp 400.000 = Rp 114.291.000
Selanjutnya Abu Umar mengajak para santri untuk menggali hikmah dari kisah tersebut. Dan ternyata ada 2 santri yang memberanikan diri untuk menjawab tantangan tersebut. Berikut hikmah dari mereka para generasi penakluk Roma
- Santri bernama Bilal berkata bahwa hikmah dari kisah tersebut adalah “Iman yang kuat”. Kalimatnya sederhana tapi dalam, kalau coba ditelusuri kalimatnya adalah, dengan iman yang kuat Bilal bin Rabbah mampu menjalani siksaan dari Umayah bin Khalaf, dan berhasil menjaga terpelesetnya lisan untuk menyebut kata Latta dan ‘Uzza. Di sisi lain, dengan iman yang kuat Abu Bakar dengan mudahnya mengeluarkan hartanya yang cukup banyak untuk membebaskan Bilal bin Rabbah dari cengkeraman Ummayah.
- Santri lain bernama Umar berkata bahwa hikmah dari kisah itu adalah “Kita harus sabar“. Ya, betul Nak. Sabar dalam menjalani ujian dan cobaan, seperti saudara seiman di Rohingnya. Dan sabar yang setiap santri lakukan adalah sabar dalam menjalani lelah dan letihnya belajar.
Masya Allah semoga para santri terus terasah imannya. Dari iman yang kuat akan melahirkan ruh, akal,dan fisik yang kuat. Baarakallahufiikum, Nak.
#duakurikulum_iman&alquran