Seluruh kehidupan Nabi Muhammad merupakan panduan. Mulai dari perkataan sampai perilaku beliau, di setiap situasi dan kondisi. Termasuk ketika beliau bersenda gurau. Senda gurau atau canda ibarat garam dalam masakan. Jika kurang takarannya, masakan akan terasa hambar. Dan sebaliknya, jika berlebihan, pasti masakan tersebut tak berasa nikmat. Agar lisan dan perbuatan saat bercanda tidak terpeleset dalam keburukan, maka perlu mempelajari bagaimana Nabi meluangkan waktu kepada para keluarga dan sahabatnya dalam bercanda.
Para pembaca website kuttabalfatih.com, mari kita pelajari bagaimana Rasulullah bercanda dengan panduan iman. Mari menikmati hablum minan naas dengan racikan iman.
Rasulullah pernah mengajak para sahabat bercanda dan bersenda gurau, sebagai sarana mengambil hati dan membuat mereka senang.
Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu menceritakan: Para sahabat bertanya kepada Rasulullah : “Wahai Rasulullah, apakah Engkau juga bersenda gurau bersama kami?” Rasulullah menjawab: “Tentu, hanya saja aku selalu berkata benar.” (HR. Ahmad)
Agar lebih paham dan mudah mengaplikasikan sunah Nabi yang mulia, mari simak tutur kata dan tata perilaku Nabi saat bercanda.
Anas radhiallaahu ‘anhu menceritakan kepada kita salah satu bentuk canda Rasulullah. Ia berkata: “Rasulullah pernah memanggilnya dengan sebutan ‘Wahai pemilik dua telinga’ (maksudnya bergurau dengannya)” (HR. Abu Dawud)
Diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiallaahu ‘anhu, ia berkata: Ada seorang Arab Badui (pedalaman), namanya Zahir bin Haram. Ia selalu memberi hadiah kepada Nabi yang ia bawa dari pedalaman. Nabi pun selalu menyiapkan (sesuatu) untuknya jika akan kembali pulang. Beliau bersabda: “Zahir adalah orang pedalaman (kita bisa mengambil manfaat darinya), dan kita orang-orang kota (memberikan manfaat dan perhatian kepadanya selaku orang pedalaman)” Rasulullah sangat mencintainya. Ia (Zahir) adalah lelaki yang tidak tampan. Pada suatu hari, Rasulullah ﷺ mendatanginya ketika ia sedang menjual barang dagangannya (di pasar Madinah). Rasulullah tiba-tiba mendekapnya dari belakang sehingga ia tidak dapat melihat beliau. Ia pun berkata: “Lepaskan aku! Siapakah ini?” Setelah menoleh, ia pun mengetahui ternyata yang memeluknya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk merapatkan punggungnya ke dada Rasulullah. Rasulullah kemudian berkata: “Siapakah yang sudi membeli hamba sahaya ini?” Ia pun berkata: “Demi Allah! Wahai Rasulullah! Kalau demikian, aku tidak akan laku dijual!” Rasulullah membalas: “Justru engkau di sisi Allah ‘azza wa jalla sangat mahal harganya!” (HR. Ahmad)
Tarikan Hikmah
Apa hikmah yang bisa digali dari kisah tersebut? Mari kita gali hikmahnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang mengajak sahabatnya bersenda gurau. Hanya tentu saja Rasulullah selalu berkata benar. Perhatikan saat Rasululullah memanggil sahabat Anas bin Malik “Wahai pemilik dua telinga” .Ini adalah kebenaran. Kita semua sudah mengetahui bahwa kita memiliki dua mata, dua telinga, satu hidung dan seterusnya. Maksudnya adalah agar mampu mendekatkan diri dengan para sahabatnya. Jadi ketika para Ayah sedang berkumpul bersama sang buah hati, jagalah lisan, berkatalah hanya yang benar dan jauh dari kebohongan.
Hikmah selanjutnya adalah: Perhatikan bahwa Rasulullah bercanda dengan melibatkan fisiknya, yaitu memeluk sahabatnya dari belakang yang sedang berdagang. Namun, tidak membahayakan kondisi tubuh sahabatnya. Sambil mengeluarkan kalimat indah dari mulutnya yaitu, “Justru engkau di sisi Allah ‘azza wa jalla sangat mahal harganya!”. Masya Allah…mulia sekali akhlak Rasulullah. Jadi, para Ayah janganlah ragu melibatkan fisik saat bercengkrama bersama anak. Saat berceloteh bersama mereka selipkan sapuan tangan ke rambut mereka, peluk dan kecup kening mereka. Karena sentuhan fisik dapat mendekatkan hubungan hati dan emosional di antara dua jiwa, sehingga akan hadir rasa ketenangan dan kenyamanan dalam berumah tangga.
Semoga kita mampu meneladani Rasulullah. Bercandalah sesuai yang Nabi ajarkan, jangan berlebihan, jangan membahayakan, dan jangan mengeluarkan kata-kata buruk dan menyakitkan hati. Serta jangan lupakan takarannya, takaran iman dalam setiap bermuamalah.
Sumber Tulisan : Mengenal Pribadi Agung Nabi Muhammad ﷺ (Syama’ilul Muhammadiyyah) karya Imam At-Tarmidzi, penerbit Aqwam.
#duakurikulum_iman&alquran