Petani mengambil dalam bungkus koran
Menyiapkan tanah lalu benih ditebar
Saat ini sudah di akhir tahun pelajaran
Saatnya menerima rapot hasil belajar
Saat mengambil rapot sudah tiba, jantung anak dan orangtua berdesir kencang menyesakkan dada. Setelah melihat hasilnya, nampak raut wajah bahagia, namun ada sebagian mereka bermuram durja, karena melihat angka yang berderet ada yang berwarna merah. Mana ada hati sang guru tega menulis angka dibawah standar, jika mereka tak jujur pasti semua diberi nilai sempurna. Wahai para pendidik dan orangtua tak usah resah, mari belajar dari sejarah bagaimana seorang muslim menyikapi rendahnya capaian hasil belajar. Yaitu kisah perjalanan belajarnya Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah atau lebih dikenal Imam Al-Bukhari atau Abu Abdilah.
Adz-Dzahabi dari Muhammad bin Abi Hatim, ia berkata, “Aku pernah mendengar Abu Abdilah Muhammad bin Ismail berkata, “Suatu ketika aku berjalan berada di belakang kelompok ulama ahli fikih di Moro. Waktu itu masih kanak-kanak sehingga ketika berpapasan dengan mereka, aku merasa malu untuk mengucapkan salam kepada mereka.
Namun, tiba-tiba salah seorang dari mereka menyapa diriku dengan berkata, “Berapa hadistkah yang telah kamu tulis hari ini?’ Lalu aku menjawab, “Dua.” Maksudku, aku telah menulis dua hadist. Mendengarkan jawabanku “Dua” ini, sebagian besar orang yang hadir pada waktu itu tertawa. Kemudian salah seorang Syaikh dari mereka berkata, “Janganlah kalian tertawa karenanya. Bisa saja terjadi sebaliknya suatu saat nanti dia akan menertawakanmu!”
Dan ternyata benarlah, yang dikatakan oleh Syaikh tersebut, Imam Al-Bukhari banyak menulis hadist, mari kita perhatikan kisahnya. Ja’far bin Muhammad Al-Qathan berkata, “Aku telah mendengar Imam Al-Bukhari berkata, “Aku telah menulis hadits dari 1000 (seribu) guru bahkan lebih banyak lagi yang kesemuanya adalah ulama. Aku tidak memperolah satu hadistpun kecuali aku telah memiliki sanadnya.
Diriwayatkan Muhammad bin Abin Hatim dari Imam Al-Bukhari, dia berkata, “aku telah menulis hadits dari 1080 orang guru. Mereka semua adalah ulama ahli hadits yang telah menghafalkan hadist.”
Dalam kesempatan lain, Imam Al-Bukhari menjelaskan tentang guru-gurunya dengan berkata, “Aku tidak menulis hadist kecuali dari guru yang berkata, “Iman adalah perkataan dan perbuatan.”
Masya Allah, kisah ini mengajarkan kepada kaum muslimin untuk tidak mentertawakan atau meremehkan hasil belajar, bahkan harus sebaliknya yaitu memberikan semangat dan motivasi kepada murid atau anak untuk optimis dalam menjalani proses belajar. Selain itu yang penting dimiliki seorang guru dan orangtua adalah menanamkan iman kepada anak dan muridnya agar fokus dan serius dalam menjaga perkataan dan perbuatannya, karena 2 hal tersebut adalah cerminan iman seseorang. Maka kepada guru dan orangtua berikan perkataan dan perbuatan yang menguatkan iman mereka.
Wallahu’alam Bishowab
Sumber Tulisan : 60 Biografi Ulama Salaf, karya Syaikh Ahmad Farid