Kisah Nabi Zakaria ‘Alaihissalam : Visi Generasi Yang Tertuang Dalam Doa
Visi, kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Dia adalah sebuah tujuan besar yang ingin dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang di masa depan. Sebuah perjalanan kehidupan tidak akan bermakna tanpa visi. Dengan visi, seseorang mampu menimbulkan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan-perubahan bahkan menimbulkan ledakan kreativitas. Tanpa visi yang jelas, sebuah organisasi, instansi, atau sekolah bahkan kehidupan seseorang akan berjalan tanpa arah dan tanpa tujuan yang pasti. Visi yang jelas dapat mendorong sebuah organisasi tumbuh dan berkembang serta menjadi pertahanan hidupnya organisasi tersebut.
Sayangnya visi sering diidentikkan bagi sebagian orang merupakan mutlak usaha yang dilakukan oleh manusia. Coba kita amati kalimat yang tertuang dalam sebuah jurnal penelitian tentang visi dan misi berikut, “Pengelolaan sebuah lembaga yang tidak profesional dapat menghambat proses perjalanan yang sedang berlangsung dan dapat menghambat langkahnya dalam menjalankan fungsinya sebagaimana yang ditujukan. Agar pengelolaan lembaga tersebut dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan rencana strategis sebagai suatu upaya untuk mengendalikannya secara efektif dan efesien sehingga tujuan dan sasarannya tercapai.”
Lihat! Bukankah kita merasakan bahwa kalimat di atas menunjukkan bahwa visi hanyalah mutlak usaha manusia?
Padahal Islam tidak mengajarkan demikian. Selain usaha manusia, ada yang tidak kalah penting yaitu doa.
Visi generasi muslim yang telah diabadikan Alquran ada yang tertuang dalam doa-doa para hamba Allah yang saleh. Salah satunya adalah doa Nabi Zakaria ‘Alaihissalam yang dikisahkan pada surat Maryam ayat 1 sampai 6 :
كهيعص (1) ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا (2) إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا (3) قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُن بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا (4) وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِن وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا (5) يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آلِ يَعْقُوبَ ۖ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا (6)
1. Kaaf Haa Yaa ‘Ain Shaad
2. (yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakaria,
3. (yaitu) ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.
4. Dia (Zakaria) berkata “Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, wahai Tuhanku.
5. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, sedangkan istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu,
6. yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah dia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai.”
Ayat di atas mengisahkan Nabi Zakaria yang mengadu pada Rabbnya bahwa tulangnya sudah lemah dan rambutnya sudah dipenuhi uban. Ini menunjukkan sudah tua renta dirinya. Meskipun kondisinya begitu, dia tidak pernah kecewa dan putus asa dalam berdoa kepada Rabbnya Yang Mahakuasa dalam mengabulkan segala doa. Bahkan dalam kondisi tua sekalipun ditambah dengan faktor istri yang juga tua dan mandul, Nabi Zakaria tetap meminta kepada Allah agar diberikan anugerah seorang anak.
Coba kita cermati! Bukankah kondisi tersebut adalah kondisi yang mustahil dalam pandangan kita? Meskipun mustahil di mata manusia, namun Nabi Zakaria tidak putus asa untuk terus berdoa.
Di sisi lain ada faktor pendorong Nabi Zakaria untuk terus mendoakan hal tersebut yaitu ketika dia melihat Maryam yang di dalam mihrabnya terdapat buah-buahan yang tidak ada pada musimnya. Buah-buahan musim dingin muncul di musim panas dan sebaliknya.
“Darimana kamu dapatkan semua ini?” tanya Nabi Zakaria kepada Maryam.
”Ini semua dari Allah Ta’ala,” jawab Maryam.
Mendengar jawaban Maryam itu yang membuat Nabi Zakaria semakin kuat keyakinannya kalaulah Allah saja mampu mendatangkan buah-buahan yang tidak pada musimnya, apatah lagi mendatangkan keturunan walaupun dalam keadaan tua renta dan kondisi istri yang juga tua lagi mandul.
Nabi Zakaria tidak meminta kepada Allah seorang anak saja namun dia selipkan visi anak tersebut di masa depan. Apa itu? Dialah anak yang akan menjadi pewaris dakwahnya, dakwah agama Allah yang telah menjadi karya keluarga Ya’qub ‘alahimussalam sejak dulunya. Dialah yang akan menjadi pelanjut semua kebaikan yang telah dilaksanakannya sebagai seorang nabi. Kemudian diakhiri dengan pengharapan agar dia menjadi anak yang Allah ridhoi.
Inilah visi itu. Visi tidak cukup hanya terangkai dalam pikiran lalu dituangkan dalam tulisan. Alangkah indahnya visi itu diselipkan dalam doa yang penuh adab, penuh ketulusan, dan kejujuran. Maka dia menjadi sebuah kekuatan visi yang dalam proses pencapaiannya ada Allah Yang Mahamenolong dan memudahkan untuk merealisasikan apa yang kita tuju. Sekalipun visi itu mustahil di mata manusia. Jika kita ungkapkan di hadapan Allah, maka tidak ada yang mustahil bagi Allah untuk mengijabah itu semua.
Selanjutnya, apa yang terjadi? Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria bahkan melebihi doanya. Allah jawab doa Nabi Zakaria pada surat Maryam ayat 7 sampai 15 dari proses tanda kehamilan istrinya sampai akhir kehidupan anaknya itu yang bernama Yahya ‘Alaihissalam:
يَا زَكَرِيَّا إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ اسْمُهُ يَحْيَىٰ لَمْ نَجْعَل لَّهُ مِن قَبْلُ سَمِيًّا (7) قَالَ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا وَقَدْ بَلَغْتُ مِنَ الْكِبَرِ عِتِيًّا (8) قَالَ كَذَٰلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِن قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْئًا (9) قَالَ رَبِّ اجْعَل لِّي آيَةً ۚ قَالَ آيَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلَاثَ لَيَالٍ سَوِيًّا (10) فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَىٰ إِلَيْهِمْ أَن سَبِّحُوا بُكْرَةً وَعَشِيًّا (11) يَا يَحْيَىٰ خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ ۖ وَآتَيْنَاهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا (12) وَحَنَانًا مِّن لَّدُنَّا وَزَكَاةً ۖ وَكَانَ تَقِيًّا (13) وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُن جَبَّارًا عَصِيًّا (14) وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا (15)
7. (Allah berfirman): “Wahai Zakaria, Sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki namanya Yahya, yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya.
8. Dia (Zakaria) berkata: “Wahai Tuhanku, bagaimana aku akan mempunyai anak, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua?”
9. (Allah) berfirman: “Demikianlah. Hal itu adalah mudah bagi-Ku dan sesungguhnya telah aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum berwujud sama sekali.”
10. Dia (Zakaria) berkata: “Wahai Tuhanku, berilah aku suatu tanda”. (Allah) berfirman: “Tandamu adalah kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat.”
11. Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; bertasbihlah kamu di waktu pagi dan petang.
12.”Wahai Yahya, ambillah (pelajarilah) Al kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak,
13. dan (Kami jadikan) rasa kasih sayang(kepada sesama) dari sisi Kami, suci (dari dosa) dan ia adalah seorang yang bertakwa,
14. dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukanlah orang yang sombong (dan bukan pula) orang yang durhaka.
15. Dan kesejahteraan atas dirinya pada hari dia dilahirkan, pada hari dia diwafatkan, dan pada hari dia dibangkitkan kembali.
Pada surat Ali ‘Imran ayat 39 juga menjelaskan bahwa Allah mengijabah doa Nabi Zakaria dengan kelahiran seorang Yahya sekaligus Allah jelaskan bagaimana karakteristik yang dimiliki Yahya:
فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَىٰ مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِّنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِّنَ الصَّالِحِينَ (39)
Kemudian Malaikat (Jibril) memanggilnya, ketika dia berdiri melakukan salat di mihrabnya, “Sesungguhnya Allah Ta’ala menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan kelahiran Yahya, yang membenarkan kalimat-kalimat Allah, menjadi pemimpin, berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi diantara orang-orang saleh.”
Dari ayat-ayat di atas, jika kita buatkan tabel perbandingan antara doa Nabi Zakaria dan ijabah dari Allah Ta’ala adalah sebagai berikut:
No. | Visi yang diselipkan pada doa Nabi Zakaria ‘Alaihissalam | Ijabah Allah Ta’ala |
1. | Seorang anak yang akan mewarisi karya keluarga Ya’qub yaitu kenabian | Seorang anak yang bernama Yahya |
2. | Seorang yang diridhai Allah Ta’ala | Mewarisi kenabian dan menjadi pemimpin |
3. | Sudah mampu bersikap hikmah sejak kecil | |
4. | Memiliki rasa kasih sayang dan bertakwa | |
5. | Berbakti pada orangtua | |
6. | Dijamin Allah keselamatannya mulai dari kelahirannya sampai dibangkitkan kembali | |
7. | Mampu menahan hawa nafsu |
Terlihatlah pada kisah Nabi Zakaria di atas, bahwa ia bermula dari visi yang terhujam di dalam dada, kemudian disampaikan melalui doa kepada Allah Yang Mahakuasa, serta diiringi dengan amalan-amalan kebaikan kepada-Nya, maka Allah memberikan hasil anak yang menakjubkan melebihi harapannya.
Ketahuilah, visi adalah sesuatu yang bersifat kuat yang berada di dalam diri manusia, sedangkan doa adalah senjata orang beriman yang kekuatannya ada di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.
Sudahkah kita memiliki visi untuk generasi ini? Sudahkah kita menyampaikannya lewat doa?
Maka, sampaikanlah pada Allah apa visi kita terhadap generasi kita. Tidak ada yang mustahil, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, bahkan Allah mampu memberikan lebih dari apa yang kita harapkan. Jadikanlah visi itu sebagai untaian-untaian doa dalam sujud-sujud kita. Semoga Allah meridhoinya.
Referensi :
- Al-Qur’an Al-Karim
- Tafsir Ath-Thabary
- Tafsir Ibnu Katsir
- Tafsir Ar-Razy
- Tafsir Abu Zahrah
- KBBI
- Jurnal tentang visi dan misi