Pada 11 Hijriah di penghujung shafar tanggal 29, Lelaki agung itu jatuh sakit setelah mengurus jenazah sahabatnya di Baqi’. Pusing yang teramat sangat dan demam yang terus meningkat ia rasakan kala itu.
Dalam kondisinya yang seperti itu, beliau kemudian bertanya dimanakah jadwal tempat istrinya yang harus ia tempati. Rupanya, takdir menjatuhkan pilihan sang Rasul pada Khumairah. Istri yang amat ia cintai. Istri yang penuh kasih sayang dalam merawat sang rasul. Dialah Ummul mukminin, Aisyah Radhiallahuanha.
Memasuki hari ke 8 masa sakit Rasulullah pada Rabu, 7 Rabiul awal 11 Hijriah. Al-Amin duduk di mimbar dan kemudian berbicara kepada kaum muslimin. Di tanggal 7 itulah ia menyampaikan bahwa kuburan nabi terdahulu oleh Yahudi dan Nasrani dijadikan tempat beribadah. Maka Rasulullah tidak ingin umatnya berlaku demikian. Sebab yang pantas untuk disembah hanyalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tidak hanya itu, sang nabi juga meminta kepada para sahabatnya untuk melakukan qishos apabila ada kelalaian dalam sikap ataupun tindakannya. Bahkan, ia juga melunasi hutangnya kepada salah seorang sahabat sebesar 3 dirham.
Di Hari itu, ia begitu sibuk menyampaikan nasihat. Padahal sakitnya tak kunjung reda malah semakin parah dari hari ke hari. Dalam kesempatan itu, Ia menegaskan posisi Anshar yang begitu besar jasanya bagi dakwah. Anshar adalah penolong sejati sang Rasul. Disamping itu, ia juga menyampaikan nasihat kepada para pemimpin dan pemegang urusan umat. Bahwa pilihlah orang yang baik dan maafkan orang yang salah.
Dan nasihat yang panjang itu ditutup dengan 2 isyarat. Isyarat yang pertama adalah bahwa Allah telah menawarkan seluruh kekuasaan dunia untuknya atau ia kembali ke sisi-Nya. Ternyata beliau memilih untuk kembali. Sebab urusannya dalam berdakwah kepada umat telah selesai ia kerjakan. Dan kini waktunya ia untuk kembali ke pangkuan Allah Rabbul Izzati.
Sedangkan Isyarat yang kedua adalah ia menegaskan bahwa Abu Bakar Radhiallahuanhu adalah sahabat yang paling istimewa. Sebab ia, memberikan perlindungan dan membantunya selama berdakwah kepada umat. Bahkan, hartanya pun turut serta ia infakkan di jalan dakwah.
Memasuki hari ke empat sebelum wafat, 8 Rabiul Awal 11 Hijriah.
Sakit beliau semakin parah. Namun ia sempatkan untuk berwasiat.
Wasiat pertama adalah perintah untuk mengeluarkan seluruh orang Yahudi dan Nasrani dari jazirah Arab. Sedangkan wasiat yang kedua adalah jangan batalkan pengiriman utusan yang telah beliau lakukan. Dan wasiat yang terakhir adalah berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah serta perintah untuk menjaga sholat.
Di tanggal 8 itu, merupakan hari terakhir beliau mengimami para sahabat. Dan sholat terakhir yang beliau imami adalah sholat Maghrib. Dengan Al-Mursalat pilihan suratnya. Sebab ketika isya tiba, beliau pingsan hingga 3 kali saat mau sholat isya dan akhirnya beliau menunjuk Abu Bakar Radhiallahuanhu untuk menjadi imam bagi para sahabat.
11 Rabiul Awal 11 Hijriah. Sehari sebelum beliau wafat. Rasulullah memerdekakan budak-budak miliknya. Di hari itu juga beliau mensedekahkan harta beliau yang tersisa, yakni 7 Dinar. Dan memberikan senjata perangnya kepada kaum muslimin.
12 Rabiul Awal 11 Hijriah.
Beberapa jam sebelum beliau wafat. Pagi itu ia menyingkap tirai rumahnya dan melihat para sahabat yang ingin shalat subuh. Pagi itu ia pandangi para sahabat-sahabatnya. Rasulullah tersenyum kepada mereka.
Dhuhanya, beliau membisikkan kepada Fatimah tentang 2 hal. Yang pertama beliau akan segera wafat. Dan yang kedua, keluarga beliau yang akan menyusul beliau kemudian adalah anaknya, Fathimah.
Setelah bertemu Fathimah, ia juga memeluk Hasan dan Husain. Cucu tercinta beliau. Ia juga menasihati kedua cucunya tersebut.
Beliau juga memanggil seluruh istri-istrinya dan melakukan hal yang sama. Memberikan nasihat sebelum benar-benar berpisah.
Dan detik-detik menjelang wafat, ia mengucapkan sebuah doa dan harapan yang patut untuk kita renungkan..
” Bersama orang-orang yang engkau beri nikmat atas mereka dari para nabi, Shiddiqin, syuhada dan Shalihin.
Ya Allah ampunilah dosaku…
dan rahmatilah aku..
Pertemukan lah aku dengan kekasih Yang Maha Tinggi ya Allah. Kekasih yang Maha Tinggi, Kekasih yang Maha Tinggi..”
Doa yang mengantarkan beliau pergi menuju kepangkuan Rabb-Nya. pergi dengan tenang. Lalu Meninggalkan sahabat-sahabatnya yang berduka.
Referensi : Siroh Nabawiyah, syeikh shofiyyurrahman al-mubarakfury
#Allahumma shalli ala Muhammad