Menemukan Akar Pendidikan Kuttab di Nusantara
Oleh: Galan Nurrahman Sandy
Kuttab masih menjadi nama yang jarang didengar sebagai lembaga pendidikan di negeri ini. Meskipun beberapa tahun belakangan namanya sudah mulai dikenali, akan tetapi sebagian besar masyarakat masih belum sepenuhnya akrab dengan kata “kuttab”. Dengan sejarah kebesarannya yang menopang kegemilangan Peradaban Islam, semestinya konsep pendidikan dasar ini telah mengakar kuat dan tersebar luas bahkan sampai di negeri kita tercinta.
Lima tahun silam kami tergerak untuk mengunjugi sebuah tempat yang menurut pengakuan seorang ayah yang berusia lebih dari 50 tahun bahwa di tempat tersebut pernah ada kuttab. Seorang ayah tadi menyampaikan kepada kami “Dahulu saat saya kecil saya belajar di KUTTAB … “. Kami terkejut sekaligus bahagia mendengar kalimat itu. Kuttab yang sebelumnya kita temukan dalam literatur kitab tulisan-tulisan para ulama, dengan segala sejarah kebesarannya ternyata pernah ada di negeri ini.
Dahulu ketika kami memulai menjalankan Kuttab Al-Fatih, banyak pertanyaan yang muncul dalam hati. Rasanya tidak mungkin di negeri kita ini yang dalam sejarahnya ikut serta menopang kebesaran Peradaban Islam, tidak mengenal istilah kuttab. Dan pertanyaan itu pun terjawab!
Tempat itu berada di areal komplek Kesultanan Islam Siak Sri Indrapura. Kurang lebih ditempuh dalam waktu dua jam dari kota Pekanbaru, Riau. Dahulu kuttab menjadi lembaga pendidikan resmi kesultanan dalam mendidik anak-anak.

Kesultanan Siak Sri Indrapura dengan segala cerita heroik dan kebesarannya, yang saat itu dipimpin oleh seorang sultan yang namanya kini diabadikan sebagai nama bandar udara di wilayah Riau dialah Sultan Syarif Kasim II. Ada kisah yang luar biasa tentang Sultan Syarif Kasim II dalam kontribusinya terhadap negara ini. Beliau menyerahkan hartanya saat awal kemerdekaan Indonesia dengan jumlah 13 juta gulden atau jika disetarakan sebesar 1000 triliun rupiah. Masya Allah, angka yang besar untuk sebuah kontribusi nyata kepada negara.
Dan berikut ini adalah bangunan kuttab saat kami datang lima tahun silam,

Karena saat itu kuttab belum terlalu dikenal di negeri ini dan tidak ada aktivitas belajar disana, maka bangunan ini hanya berdiri menjadi bangunan tua sebagai pendamping istana Kesultaan Siak Sri Indrapura.
Namun, Alhamdulillah sekitar tahun 2017 bangunan kuttab di resmikan sebagai cagar budaya di kawasan Keslultanan Siak Sri Indrapura. Kini terlihat bangunan itu lebih terawat dan resmi diberikan plang informasi atau nama gedung tersebut.
Gedung ini menunjukkan setidaknya Indonesia mempunyai akar Pendidikan Islam (kuttab) di tanah melayu. Menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri untuk kami bisa melanjutkan semangat para pejuang pendidikan saat itu.
Ada hal yang tidak kalah menariknya dari keberadaan gedung-gedung ini. Alhamdulillah segala puji bagi Allah, lima tahun yang lalu kami juga sempat bertemu dengan salah seorang guru terakhir yang pernah mendidik generasi di tempat tersebut sebelum akhirnya nama lembaganya diganti mengikuti arahan dari pemerintah sekitar tahun 60an. Dia adalah Ustadzah Ruqayah rahimahallah. Usianya sekitar 90 tahun.
Beliau ini dikenal sebagai guru kuttab yang masih hidup. Kondisi nya sudah pikun, beliau sangat sulit mengenali apapun. Tapi, yang luar biasa adalah ketika kami bertanya tentang aktivitas kuttab, beliau menjawab dengan baik bahkan tidak tampak terlihat sudah pikun. Dalam hati kami terbersit beginilah ketulusan dan dedikasi seorang guru, mungkin sebagian besar hidup nya banyak yang beliau lupa, tapi tidak untuk kebersamaan beliau dalam mendidik generasi saat itu. Rahimahallah…
Kami sempat berdialog dengan beliau, dengan suara lirihnya beliau menjawab dengan baik. Kami bertanya “Nek, dulu anak-anak kalau sedang ribut, cara menenangkannya gimana ?” dengan suara lirih beliau menjawab, “Istaiiidd… (siap)…” Beliau juga menyampaikan dahulu sultan juga datang ke kuttab memandangi para santri yang sedang belajar. Ustadzah Ruqayah saat ini sudah meninggal namun semangat beliau mendidik anak-anak di kuttab tetap hidup.

Ya Allah, sungguh indah dan membahagiakan. Kuttab yang sudah lama kami kaji, dan diskusikan, hingga pada tahap mengaplikasikannya, ternyata bukan barang baru di negeri ini. Bahkan hari ini resmi menjadi cagar budaya untuk menjadi pelajaran mahal tentang akar Pendidikan Islam di negeri ini. Karena setetes sejarah bisa membangkitkan sehasta karya dan amal.
Ya Allah bimbinglah kami…