Alhamdulillaah, diantara beberapa kegiatan santri di hari Jum’at adalah potong kuku. Sebelum berbaris dan berikrar mereka dibimbing dan dipandu oleh guru. Kebiasaan ini bagian dari kedisiplinan dalam kebersihan dan kesucian yang terus dibiasakan pada diri santri. Karena Allah dan Rasul-Nya mencintai kesucian. Kesucian lahir maupun batin, kesucian pakaian maupun makanan, kesucian tempat dan harta.
Kebiasaan potong kuku ini bagian dari pengamalan hadits yang Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang itu adalah bagian dari fitrah:
عن أبي هريرة – رضي الله عنه – أنَّ النبي – صلى الله عليه وسلم – قال : (خمس من الفطرة : الختان والاستحداد وقص الشارب وتقليم الأظافر ونتف الآباط)
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anh bahwa Rasulullaahu shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “lima perkara yang termasuk fitrah: berkhitan, mencukur rambut kemaluan, mencukur kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak” (HR. Bukhori dan Muslim)
Ternyata fitrah itu bukan kertas putih atau bukan juga pakaian putih. Akan tetapi Fitrah di sini adalah Islam atau Tauhid yang Allah Ta’alaa tumbuhkan kepada manusia. Allah Ta’alaa berfirman:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah. (Tetaplah pada) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia diatas fitrah itu. Tidak ada perubahan dalam fitrah Allah. Itulah agama yang lurus. Namun kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Ruum: 30)
Mujahid menafsirkan makna fitrah adalah Islam.
Fakhruddin Ar-Razi memaknai fitrah dengan Tauhid.
Sehingga Ibnu Katsir berkata, “Maka, sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan makhluknya di atas fitrah, yaitu fitrah mengenal-Nya dan mentauhidkan-Nya, serta fitrah mengetahui bahwa tidak ada tuhan selain-Nya.”
Maa syaa Allah, sangat dahsyat fitrah manusia. Fitrah yang sudah ada sebelum dan setelah manusia dilahirkan. Sungguh inipun dikuatkan oleh sabda Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ يُحَدِّثُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ البَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ» ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: {فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا}
Dari Abu Hurairah rodhiyallohu ‘anhu berkata, Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah ada dari bayi yang lahir melainkan terlahir diatas fitrah. Lalu kedua orang tuanya lah yang meyahudikannya, menashranikannya, atau memajusikannya. Sebagaimana seekor binatang yang melahirkan binatang dengan anggota tubuh yang sempurna. Adakah kalian mendapatinya cacat?” Lalu Abu Hurairah rodhiyallohu ‘anhu membaca, “(Tetaplah pada) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia diatas fitrah itu.” (HR. Bukhori, no. 1358)
Maka, sesungguhnya ini adalah bagian upaya ini adalah kegiatan untuk membiasakan dan menjaga fitrah tersebut. Karena jika fitrah itu harus tetap ada tertanam dalam diri anak, kokoh dan kuat iman yang tak terkalahkan oleh hasutan syaitan dan duniawi yang menggiurkan.
Terus menanamkan keimanan kepada Allah dan Hari Akhir, iman yang terus disandingkan dengan adab atau akhlaq yang mulia. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Bahkan iman harus membuahkan adab mulia yang diamalkan.
من كان يؤمن بالله واليوم الأخر فليقل خيرا أو ليصمت…فليكرم جاره… فليكرم ضيفه…
“siapa orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka hendaklah berkata baik atau diam,…maka muliakanlah tetangga,… maka muliakanlah tamu…” (HR. Bukhori Muslim)
Menjaga iman berarti menjaga fitrah ini. menjaga fitrah generasi peradaban Rabbani. Mengantarkan masanya yang gemilang di usia dini. Sehingga menjadi generasi yang imani. Imam Ali Radhiyallaahu ‘anh berkata:
صن إيمانك من الشك فإن الشك يفسد الإيمان كما يفسد الملح العسل ومن كثر شكه فسد دينه
Jagalah imanmu dari keraguan, karena keraguan merusak iman, seperti garam merusak manisnya madu. Siapa yang banyak ragunya maka rusaklah agamanya.
Sudahkah kita menjaga fitrah anak-anak kita dari rusaknya zaman ini?
Ya Allah bimbing kami
#2Kurikulum
#ImansebelumAlQur’an
#Adabsebelumilmu