Nak, Apa yang Kalian Ingat Bila Melihat Air?
Setelah makan siang hari itu Kegiatan mencuci piring masing-masing dan ‘berburu piring para guru’ menjadi pemandangan menyejukkan. Usai menegakkan punggung, memulihkan kembali tenaga setelah mengisi bagian dasar perut dengan makanan,
maka kembali para santri melanjutkan syukurnya dengan meletakkan ‘ilmu’ di atas perutnya. Setelah berdoa ba’da makan bersama, dan mengembalikan alat makan di tas masing-masing, kembali mereka membuat halaqah untuk penutupan majelis.
“Nak, di depan Ustadz ini ada segelas air,” demikian kami perlihatkan dan mengangkat segelas air memastikan setiap santri melihat dengan jelas.
“Apa yang ada dalam ingatan kalian bila melihat segelas air ini, ungkapkanlah…!” pinta kami melontar pertanyaan untuk menutup pelajaran.
Kami amati wajah-wajah itu menelan pertanyaan, “Sampaikan saja apa yang antum fikirkan saat melihat segelas air ini.” ulang kami memperjelas kalimat. Tak lama kemudian satu demi satu mengangkat tangan berebut jawaban.
“Kamu, nak. Silahkan.”
“Air menjadi sumber kehidupan kita, dengannya kita bisa berwudhu dan shalat.” jawab santri pertama bersemangat.
“Masya Allah, dengan air kita bisa beribadah ya, nak.”
“Lanjut kamu, nak!” pinta kami kepada yang lain.
“Semua makhluk hidup itu membutuhkan air, ustadz.”
“Habis makan kita butuh minum air” jawab salah satu santri, hingga disusul tawa majelis itu.
“Kita bisa membuat Allah ridha dengan minum air baca bismilllah dan mengucap alhamdulillah.” lanjut santri lain yang telah kami Izinkan menjawab.
“Masyaa Allah… Ya makhluk hidup tak lepas dari kebutuhan terhadap air ya. Dan Allah ridha kepada hamba yang menyebut dan memuji Allah setiap kali meneguk minuman. Masyaa Allah. Lanjut kamu, nak? Tambah kami meminta yang lain.
“Allah menghidupkan segala sesuatu dengan air.” sambung salah seorang santri.
“Masyaa Allah... Luar biasa. Allah hidupkan makhluk-Nya, bumi-Nya dengan air, Masyaa Allah. Lanjut, nak!”
“Penghuni neraka dapet syafaat (saudaranya) penduduk syurga sebab dulu di dunia pernah ngasih air minum, ustadz.” tereja pelan-pelan kalimat itu untuk menegaskan.
“Masyaa Allah.… Lanjut nak!”
“Pakaian kita juga dari air ustadz, air hujan.” Timpal santri lain sembari memegang bajunya.
“Masyaa Allah, ya (يا بني ادم قد انزلنا عليكم لباسا), lanjut engkau nak!” pinta kami pada yang sudah antri dari awal angkat tangan.
“Kita dikenali Rasulullah di telaganya (Al-Haudh di akhirat) kelak melalui bekas air wudhu kita.” ujar santri lain.
“Air menyejukkan adalah nikmat yang pertama ditanya Allah.” ucap santri terakhir.
“Masyaa Allah… Masyaa Allah… Luar biasa antum semua. Ada lagi, nak? Cukup dulu ya…” pinta kami kami, agar waktu cukup untuk penutupan majelis. Kami amati wajah – wajah itu sudah mengeluarkan yang terlintas dalam ingatannya dan menanti jawaban lainnya.
“Diantara yang lainnya, ujian pasukannya Thalut adalah air, dan yang diminta penghuni neraka saat berdialog dengan penghuni syurga adalah permintaan nikmat meski hanya seteguk air.” Demikian kami memungkasinya.
“Nak, jangan pernah remehkan kalimat yang telah kalian ucapkan dalam majelis ini, nak. Sekarang kalian Qonuni satu. Kelak, sepuluh hingga dua puluh tahun kedepan yang seucap bisa berubah menjadi satu kitab. Mungkin hari ini hanya 1 kata, dimasa depan ia bisa menjelma 1 karya. Hari ini mungkin hanya bahas “Air”, kelak yang kalian tulis adalah ‘Air didalam Al-Qur’an’ beserta mutiara ilmu didalamnya. Demikianlah yang menjadikan Imam Bukhari bersungguh-sungguh menyusun Shahih Bukhari, dahulu disebabkan ucapan didalam majelis haditsnya (Ishaq bin Rahawaih). “
Air. Pemberi minum anjing yang kehausan, air itu berubah jadi ampunan Allah hingga ia dihadiahkan syurga. Didalam air ada ridha Allah bagi setiap peminum yang menyebut nama dan memuji Allah dalam tiap teguknya, didalam air terdapat Rahman Allah yang mengaruniakan nikmat seluruh makhluk berupa makanan dan minum, hingga apa yang kita kenakan sebagai pakaian, runutan nikmat tersebut adalah rizki Allah berupa air. Didalamnya terdapat pula pertanyaan pertama tentang nikmat, terselip pula indahnya berbuat kepada saudara hingga berbuah syafaat di bumi akhirat. Air, hajat penghuni neraka adalah mencicip seteguk air sebab tak pernah ia jumpai selain berlipat aroma anyir. Dibalik air yang Allah karuniakan, ia pun menjadi ujian bagi keimanan sebuah pasukan tentang makna ketaatan. Air, didalamnya berhimpun nikmat dan ujian. Lihatlah air, akan engkau dapati bentangan nikmat Allah itu mengalir. Apa yang engkau ingat bila melihat air?