Sapalah Mereka dengan Iman
Bismillah..
Ketika kita membaca atau mendengar kisah para sahabat atau tabi’in, maka kita akan takjub dengan apa yang telah mereka lakukan. Mulai dari amal-amal mereka, kepatuhan mereka terhadap seruan Allah dan Rasul-Nya serta pengorbanan mereka terhadap Islam dengan harta dan bahkan jiwa mereka -smoga Allah meridhoi mereka-. Pertanyaannya apa yang membuat mereka bisa sehebat itu dalam beramal, setulus itu dalam taat dan sedahsyat itu pengorbanannya?
Ya.. Iman.. Imanlah yg membuat mereka seperti itu, membuat hati mereka dipenuhi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, memberikan kekuatan walau fisik mulai lemah, menggerakkan mereka tanpa perlu berpikir panjang, membuat mereka menjual diri dan hartanya dengan surga.
Rasulullah telah melakukan pekerjaan hebat -dengan izin Allah- untuk memenuhi dulu hati dan dada para sahabat dengan iman yang begitu kental yang selanjutnya iman itu lah yang menjadi panglima bagi mereka untuk bertindak atau menahan sesuai dengan arahan Allah dan Rasul-Nya seolah surga dan neraka terpampang jelas di hadapan mereka, karena Rasulullah senantiasa berbicara kepada para sahabat dengan bahasa iman.
Nah, kita ingin belajar dari situ. Mengusahakan hal yang sama dengan cara yang sama. Kita ingin memulai dengan iman, sebagaimana mereka memulai.
Dalam konteks pendidikan untuk anak-anak kita, maka marilah kita mulai dengan pendekatan iman sebelum yang lainnya. Berbicaralah kepada mereka dengan bahasa iman. Dalam hal apa saja. Ketika melihat hujan, ajaklah ia berdoa dan memuji Rabb yang telah menurunkan hujan, “Maha Baik Allah yang telah menurunkan hujan, yang dengannya tumbuh berbagai jenis biji dan buah-buahan. Seperti itu lah kita akan dibangkitkan nak”. Ketika sang anak mengeluhkan sakit, ajak dia “menghampiri Allah” sebelum berkata-kata tentang dokter, obat dll..katakan, “nak, Allah yang memberikan penyakit dan Allah juga yang akan menyembuhkannya. Ayah, bunda, dokter, obat tak akan mampu memberikan kesembuhan kecuali dengan izin Allah”. Teruslah seperti itu sampai ia terbiasa mengaitkan segala sesuatu dengan Penciptanya..
Selanjutnya berbicaralah kepada mereka tentang indahnya surga dan diimbangi dengan dahsyatnya siksa neraka. Sampai seolah-olah kedua hal tersebut terpampang jelas di depan mereka. Sebagaimana para sahabat dahulu ketika iman telah mengepung jiwanya, maka disitulah berbagai kebaikan akan mudah diterima. Termasuk juga untuk meminta mereka melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu, cukup dialogkan saja dengan bahasa iman..”nak, siapa yang ingin dicintai Allah lakukan ini dan itu, siapa yang ingin dibangunkan istana di surga lakukan ini dan itu”. Sampai untuk meluruskan lisan mereka, kita katakan “nak, Allah Maha Mendengar, dan malaikat pun senantiasa mencatat apa yang dibicarakan”
Maasya Allah.. itu lah hasil yang diinginkan. Saat sang anak merasa selalu bersama Allah dia melakukan sesuatu karena dorongan janji Allah, meninggalkan sesuatu karena takut ancaman Allah. Itu bukan hal yang mustahil terjadi pada anak-anak kita, karena mereka berada di atas fithroh. Ketika kita terus berdialog kepada mereka dengan cara seperti itu, maka nanti akan kita temukan pelajaran iman yang berharga dari mereka, bahkan sesuatu yang belum pernah kita ajarkan. Pada akhirnya kita meminta kepada Allah agar memenuhi hati-hati kita dan generasi ini dengan iman yang melimpah.
Sekali lagi, berbicaralah kepada mereka dengan bahasa iman..!!
Akhukum Fillah…
Imam Abu Arqom