Tugas Liburan
“Jadi teman-teman, amanah liburan untuk kelas iman adalah melakukan amalan yang merupakan penerapan iman. Misalnya, beribadah kepada Allah ta’ala, amalan yang berhubungan dengan birrul walidain, menjaga lingkungan, saling menasihati dalam kebaikan bisa dengan adik atau kakaknya, dan berbuat baik kepada tetangga.”. Jelasku perlahan. Dengan
tempo yang sedikit melambat. Sambil kutatap satu persatu wajah menentramkan mereka melalui layar zoom. Maklum, kondisi pandemi dimana kasus covid-19 yang sedang meningkat saat ini, membuat pertemuan dengan anak-anak harus dilakukan secara online.
Setelah menyelesaikan penggalan kalimat tentang amanah liburan santri, dalam rangka memastikan bahwa tidak ada kebingungan yang melekat disana, saya pun bertanya,
“Fahimtunna?”
Sebagian besar menjawah, “Fahimna, Ustadzah.”
Kemudian, salah satu dari mereka mengangkat tangan kanan seraya mengucapkan, “Barakallahufiik, Ustadzah.”
“Ya, Wa fiik Barakallahu, Liyana.”. Jawabku mempersilakan.
“Apakah harus ditulis dan difoto?”. Lanjutnya mengemukakan apa yang membuat dirinya baru saja mengangkat tangan.
“Thayyib. Jazakillahu Khoir, Liyana. Iya teman-teman, jadi kegiatan penerapan iman yang teman-teman lakukan selama liburan, tidak perlu difoto. Cukup ditulis saja pada buku tulis. Tulisan singkat saja tentang kegiatan apa saja yang merupakan penerapan iman yang sudah teman-teman lakukan dalam satu hari itu. Mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali di malam hari. Teman-teman bisa menuliskannya setiap malam sebelum tidur.”
Saya pun berhenti sejenak seraya mengambil napas kemudian melanjutkan, “Nah, teman-teman melakukannya selama liburan. Mulai dari tanggal 28 Juni 2021 sampai dengan hari terakhir
liburan yaitu tanggal 12 Juli 2021. Fahimtunna?” “Fahimna, Ustadzah.”
Begitulah sepenggal percakapan pada zoom meeting hari terakhir pertemuan kelas qonuni 2 akhwat. Sehari sebelum prosesi pembagian rapor. Ya, pada pertemuan dipenghujung semester, biasanya guru akan memberikan amanah yang akan santri tunaikan selama liburan. Amanah yang diberikan untuk mengisi waktu liburan santri sejatinya bertujuan untuk menjaga bahkan meningkatkan keimanan kepada Allah Ta’ala. Memiliki dampak untuk membangun dan mengistiqomahkan amalan-amalan kebaikan dalam keseharian. Agar tidak menjadi orang yang merugi, yang lalai dan terjebak dalam nikmatnya waktu luang. Sejatinya, tidak ada kata ‘libur’ dalam belajar. Justru menjadi sebuah bencana jika seorang penuntut ilmu berhenti belajar. Maka dari itu, menjadi penting untuk menanamkan pemahaman kepada santri bahwa belajar itu tidaklah terpengaruh waktu. Apakah sedang masa sekolah atau libur sekolah. Terlebih lagi pada buah atau aplikasi dari belajar iman dan quran. Karakter imani dan qurani haruslah tertanam kuat kemudian menjadi karakter penggerak banyak amal kebaikan dan sudah menjadi rutinitas dalam keseharian.
Sebagai contoh, amanah harian baik di kelas iman maupun quran ketika masa sekolah seperti melakukan kegiatan yang berhubungan dengan birrul walidain, saling menasihati dalam kebaikan, berinteraksi dengan Al-Quran seperti tilawah, murojaah, dan ziyadah, sudah seharusnya memang menjadi amalan yang merupakan rutinitas dalam keseharian sekalipun sedang libur sekolah. Ya Allah, bimbinglah kami agar tidak menjadi manusia yang tertipu terhadap nikmat waktu luang sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yakni nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas).